Nama Pahlawan : Teuku Umar
Lahir : 1854 (tanggal dan bulannya tidak tercatat) di Meulaboh, Aceh Barat, Indonesia.
Wafat : Meulaboh, 11 Februari 1899
Perjuangan : Ia merupakan salah seorang pahlawan
nasional yang pernah memimpin perang gerilya di Aceh sejak tahun 1873
hingga tahun 1899.Pada tahun 1880, Teuku Umar menikahi janda Cut Nyak
Dien, puteri pamannya. Sebenarnya Cut Nyak Dien sudah mempunyai suami
(Teuku Ibrahim Lamnga) tapi telah meninggal dunia pada Juni 1978 dalam
peperangan melawan Belanda di Gle Tarun. Setelah itu, Cut Nyak Dien
bertemu dan jatuh cinta dengan Teuku Umar. Keduanya kemudian berjuang
bersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda di Krueng. Hasil
perkawinan keduanya adalah anak perempuan bernama Cut Gambang yang lahir
di tempat pengungsian karena orang tuanya tengah berjuang dalam medan
tempur.
Belanda sempat berdamai dengan pasukan Teuku Umar pada tahun 1883.
Satu tahun kemudian (tahun 1884) pecah kembali perang di antara
keduanya. Pada tahun 1893, Teuku Umar kemudian mencari strategi
bagaimana dirinya dapat memperoleh senjata dari pihak musuh (Belanda).
Akhirnya, Teuku Umar berpura-pura menjadi antek (kaki tangan) Belanda.
Istrinya, Cut Nyak Dien pernah sempat bingung, malu, dan marah atas
keputusan suaminya itu.
Gubernur Van Teijn pada saat itu juga bermaksud memanfaatkan Teuku
Umar sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh. Teuku Umar kemudian
masuk dinas militer. Atas keterlibatan tersebut, pada 1 Januari 1894,
Teuku Umar sempat dianugerahi gelar Johan Pahlawan dan diizinkan untuk
membentuk legium pasukan sendiri yang berjumlah 250 tentara dengan
senjata lengkap.
Saat bergabung dengan Belanda, Teuku Umar sebenarnya pernah
menundukkan pos-pos pertahanan Aceh. Peperangan tersebut dilakukan Teuku
Umar secara pura-pura. Sebab, sebelumnya Teuku Umar telah
memberitahukan terlebih dahulu kepada para pejuang Aceh. Sebagai
kompensasi atas keberhasilannya itu, pemintaan Teuku Umar untuk menambah
17 orang panglima dan 120 orang prajurit, termasuk seorang Pangleot
sebagai tangan kanannya akhirnya dikabulkan oleh Gubernur Deykerhorf
yang menggantikan Gubernur Ban Teijn. Pada tanggal 30 Maret 1896, Teuku
Umar kemudian keluar dari dinas militer Belanda dengan membawa
pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg
amunisi, dan uang 18.000 dollar.
Dengan kekuatan yang semakin bertambah, Teuku Umar bersama 15 orang
berbalik kembali membela rakyat Aceh. Siasat dan strategi perang yang
amat lihai tersebut dimaksudkan untuk mengelabuhi kekuatan Belanda pada
saat itu yang amat kuat dan sangat sukar ditaklukkan. Pada saat itu,
perjuangan Teuku Umar mendapat dukungan dari Teuku Panglima Polem
Muhammad Daud yang bersama 400 orang ikut menghadapi serangan Belanda.
Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 25 orang tewas dan 190 orang
luka-luka di pihak Belanda. Gubernur Deykerhorf merasa tersakiti dengan
siasat yang dilakukan Teuku Umar. Van Heutsz diperintahkan agar
mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menangkap Teuku Umar.
Serangan secara mendadak ke daerah Melaboh menyebabkan Teuku Umar
tertembak dan gugur dalam medan perang, yaitu di Kampung Mugo, pedalaman
Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899.
Read more...