Sabtu, 07 Desember 2013

Sultan Hasanuddin

0 komentar

Nama Tokoh                      : Sultan Hasanuddin
Tempat / tanggal lahir    : Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631
Wafat                                    : Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 (39 tahun)
Tempat Makam                : Komplek Pemakaman, Jl. Palantika, Kelurahan Ketangka, Gowa, Makassar
Deskripsi Perjuangan     : Ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan Kompeni. Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah kekuatan pasukannya hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah sehingga pada tanggal 18 November 1667 bersedia mengadakan Perdamaian Bungaya di Bungaya. Gowa merasa dirugikan, karena itu Sultan Hasanuddin mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni minta bantuan tentara ke Batavia. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Sultan Hasanuddin memberikan perlawanan sengit. Bantuan tentara dari luar menambah kekuatan pasukan Kompeni, hingga akhirnya Kompeni berhasil menerobos benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopu pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670.
Read more...

Cut Nyak Meutia

0 komentar

Nama Tokoh                      : Cut Nyak Meutia
Tempat / tanggal lahir    : Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, 1870

Wafat                                    : Alue Kuring, Aceh, 24 Oktober 1910
Tempat Makam                : Alue Kuring, Aceh
Deskripsi perjuangan     : Berjuang melawan Belanda di Aceh bersama suaminya yang bernama Teuku Muhammad (Teuku Tjik Tunong). Ia melakukan perlawanan dengan sisa pasukannya. Ia menyerang dan merampas pos – pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal 24 Oktober 1910, Tjoet Meutia bersama pasukkannya bentrok dengan Marechausée di Alue Kurieng. Dalam pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur.
Read more...

Kapitan Pattimura

0 komentar

Nama Lengkap : Kapitan Pattimura
Nama Asli: Thomas Matulessy
Tanggal Lahir: Negeri Haria, Pulau Saparua-Maluku, tahun 1783
Meninggal:
Benteng Victoria, Ambon, 16 Desember 1817
Perjuangan : Perlawannya terhadap penjajah Belanda pada tahun 1783. Perlawannya terhadap penjajahan
Belanda pada tahun 1817 sempat merebut benteng Belanda di Saparua selama tiga bulan setelah sebelumnya melumpuhkan semua tentara Belanda di benteng tersebut. Namun beliau akhirnya tertangkap. Pengadilan kolonial Belanda menjatuhkan hukuman gantung padanya. Eksekusi yang dilakukan pada tanggal 16 Desember 1817 akhirnya merenggut jiwanya.
Perlawanan sejati ditunjukkan oleh pahlawan ini dengan keteguhannya yang tidak mau kompromi dengan Belanda. Beberapa kali bujukan pemerintah Belanda agar beliau bersedia bekerjasama sebagai syarat untuk melepaskannya dari hukuman gantung tidak pernah menggodanya. Beliau memilih gugur di tiang gantung sebagai Putra Kesuma Bangsa daripada hidup bebas sebagai penghianat yang sepanjang hayat akan disesali rahim ibu yang melahirkannya.
Dalam sejarah pendudukan bangsa-bangsa eropa di Nusantara, banyak wilayah Indonesia yang pernah dikuasai oleh dua negara kolonial secara bergantian. Terkadang perpindahtanganan penguasaan dari satu negara ke negara lainnya itu malah kadang secara resmi dilakukan, tanpa perebutan. Demikianlah wilayah Maluku, daerah ini pernah dikuasai oleh bangsa Belanda kemudian berganti dikuasai oleh bangsa Inggris dan kembali lagi oleh Belanda.
Thomas Matulessy sendiri pernah mengalami pergantian penguasaan itu. Pada tahun 1798, wilayah Maluku yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda berganti dikuasai oleh pasukan Inggris. Ketika pemerintahan Inggris berlangsung, Thomas Matulessy sempat masuk dinas militer Inggris dan terakhir berpangkat Sersan.
Namun setelah 18 tahun pemerintahan Inggris di Maluku, tepatnya pada tahun 1816, Belanda kembali lagi berkuasa. Begitu pemerintahan Belanda kembali berkuasa, rakyat Maluku langsung mengalami penderitaan. Berbagai bentuk tekanan sering terjadi, seperti bekerja rodi, pemaksaan penyerahan hasil pertanian, dan lain sebagainya. Tidak tahan menerima tekanan-tekanan tersebut, akhirnya rakyat pun sepakat untuk mengadakan perlawanan untuk membebaskan diri. Perlawanan yang awalnya terjadi di Saparua itu kemudian dengan cepat merembet ke daerah lainnya diseluruh Maluku.
Read more...

Cut Nyak Dien

0 komentar

Nama Pahlawan : Cut Nyak Dien
Tanggal Lahir :  Lampadang, Aceh tahun 1850
Wafat : Sumedang Jawa Barat tahun, 6 November 1908
Makam : Gunung puyuh, Sumedang, Jawa Barat
Perjuangan : Cut Nyak Dien menikah pada usia 12 tahun dengan Teuku Cik Ibrahim Lamanga. Namun pada saat pertempuran di Gletarum, Juni 1878, Suami Cut Nyak Dien (Teuku Ibrahim) gugur. Kemudian Cut Nyak dien bersumpah hanya akan menerima pinangan dari laki-laki yang bersedia membantu untuk menuntut balas kematian sang suami.
Cut Nyak Dien akhirnya menikah kembali dengan Teuku Umar tahun 1880, kemenakana ayahnya Seorang pejuang Aceh yang juga cukup disegani oleh Belanda. Sejak itu Cut Nyak Dien selalu berjuang berama suami barunya, Teuku Umar (September 1893- Maret 1896). Dalam perjuangannya, Teuku Umar berpura-pura bekerjasama dengan Belanda sebagai taktikuntuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang lainnya. Sementara Itu Cut Nyak Dien tetap berjuang melawan Belanda di Kampung halaman Teuku Umar. Teuku Umar akhirnya bergabung lagi kembali dengan para pejuang setelah taktiknya diketahui oleh Belanda.
Tanggal 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh namun Cut Nyak Dien tetap meneruskan perjuanngannya dengan bergerilya dan tidak pernah mau berdamai dengan Belanda yang disebutnya “Kafir-Kafir”.
Perjuangannya yang berat karena memaksanya beserta pasukannya keluar masuk hutan menyebabkan keadaan Cut Nyak Dien drop dan menderita sakit Encok.
Karena kasihan dengan keadaan Cut Nyak Dien, para pengawalnya membuat kesepakatan dengan Belanda asal “Cut Nyak Dien tidak diperlakukan sebagaiorang terhormat dan bukan sebagai penjahat perang”
Sebagai tawanan, Cut Nyak Dien masih sering kedatangan tamu dan karenanya Belanda masih menghkawatirkan pengaruh Cut Nyak Dien sehingga membuangnya ke Sumedang.
Cut NYak Dien akhirnya wafat di Pengasingan sebagaipejuang wanita berhati baja dan ibu bagi rakyat Aceh.
Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional kepada Cut Nyak Dien berdasarkan SK Presiden RI No 106/1964.
Read more...

Martha Christina Tiahahu

0 komentar

Nama Pahlawan : Martha Christina Tiahahu
Lahir              : Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800
Wafat              : Laut Maluku, 2 Januari 1818
Makam          : Laut Maluku
Perjuangan :  Christina Martha Siahahu adalah putri dari seorang pemimpin pejuang rakyat Maluku, Kapitan Paulus Tiahahu. Sejalan dengan semakin meluasnya perlawanan yang dilakukan Kapitan Pattimura di Saparua, penduduk di Nusa Laut pun gigih berjuang melawan Belanda. Christina Martha Siahahu yang saat itu masih amat muda terlah ikut berperang mendampingi ayahnya. Christina Martha dan ayahnya juga sempat menguasai Benteng Beverwijk.
Belanda kemudian menugaskan perwira angkatan lautnya untuk pergi ke Nusa Laut untuk memerangi pejuang-pejuang disana. Perlawanan rakyat Nusa Laut akhirnya dapat dipatahkan dan Benteng Beverwijk  berhasil dikuasai kembali oleh Belanda pada tanggal 10 November 1817.
Christina dan ayahnya akhirnya dapat ditangkap oleh Belanda dan mendapatkan hukuman. Ayahnya mendapat hukuman mati, sementara Christina dibebaskan oleh Belanda akibat belum cukup umur / terlalu muda. Paulus mengajak anaknya untuk melihat eksekusi tembak mati yang dilakukan oleh Belanda terhadap ayahnya, dan Christina melihat itu semua dengan tegar.
Setelah dibebaskan berupaya untuk memberontak lagi. Akhinya ia kembali ditangkap bersama 39 pemberontak lainnya. Christina Martha Siahahu dihukum dibuang ke Pulau Jawa. Christina bersama pemberontak lainnya diangkut ke Pulau Jawa dengan menggunakan kapal Evertzen.
Di atas kapal, Christina Martha Siahahu jatuh sakit. Namun ia menolak untuk diberi makan dan diobati oleh Belanda sehingga akhirnya ia meninggal dalam perjalanan. Jenazahnya kemudia secara diam-diam diturunkan ke laut oleh seorang perwira Belanda yang bersimpati pada perjuangannya.
Untuk menghormati jasa-jasa Christina Matha  Tiahahu, berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 012/TK/1969, Pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional kepadanya.
Read more...

Pangeran Antasari

0 komentar

Nama Pahlawan : Pangeran Antasari
Lahir                       : Banjarmasin, 1797
Wafat                      : Bayan Begak, 11 Oktober 1862
Makam                   : Banjarmasin.
Perjuangan          : Perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda dimulai saat Belanda mengangkat Tamjidillah sebgai Sultan Banjar menggantikan Sultan Adam yang wafat. Rakyat Banjar dan keluarga besar Kesultanan Banjar, termasuk Pangeran Antasari, menuntut agar Pangeran Hidayatullah, sebagai pewaris takhta Kesultanan Banjar, harus menjadi Sultan Banjar. Sejak saat itulah, rakyat Banjar dipimpin oleh Pangeran Hidayatullah, Pangeran Antasari, dan Demang Leman mengangkat senjata melawan Belanda.
Pangeran Antasari ebrhasil menyerang dan menguasai kedudukan Belanda di Gunung Jabuk. Pangeran Antasari jugat menyerang tambang batubara Belanda di Pengaron. Pejuang-pejuang Banjar juga berhasil menenggelamkan kapal Onrust beserta pemimpinnya, seperti Laetnan Van der Velde dan Letnan Bangert. Peristiwa yang memalukan Belanda ini terjadi atas siasat Pangeran Antasari dan Tumenggung Suropati.
Pada Tahun 1861, Pangeran Hidayatullah berhasil ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Pangeran antasari kemudian mengambil alih pimpinan utama. Ia diangkat oleh rakyat sebagai Panembahan Amiruddin Khafilatul Mu’min, sehingga kualitas peperangan menjadi semakin meningkat karena ada unsur agama. Sayang, Pangeran Antasari akhirnya wafat tanggal 11 Oktober 1862 karena penyakit cacar yang saat itu sedang mewabah di Kalimantan Selatan. Padahal, saat itu, ia sedang menyiapkan serangan besar-besaran terhadap Belanda.
Untuk menghormati jasa-jasa Pangeran Antasari, berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI, No.06/TK/1968, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasionak Kepadanya.
Read more...

Pangeran diponegoro

0 komentar

Nama Pahlawan        : Pangeran diponegoro
Lahir                              : Yogyakarta, 11 November 1785
Wafat                             : Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855
Perjuangan                  : Perang Diponegoro terjadi karena saat Belanda membangun  jalan dari Yogyakarta ke Magelang lewat Muntilan, mengubah rencananya dan membelokan jalan itu melewati Tegalrejo. Ternyata di salah satu sektor, Belanda tepat melintasi makam dari leluhur Pangeran Diponegoro. Hal itu  membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan memutuskan untuk melawan Belanda. Beliau kemudian memerintahkan bawahannya untuk mencabut patok-patok yang melewati makam tersebut. karena dinilai telah memberontak, pada 20 Juli  1825 Belanda mengepung rumah Diponegoro. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Read more...

Tuanku Imam Bonjol

0 komentar

Nama Pahlawan         : Tuanku Imam Bonjol
Lahir                              : Tanjung Bunga, Pasaman, Sumatera Barat 1772
Wafat                             : Manado, Sulawesi Utara, 8 November 1864
Perjuangan                 : Tahun 1807 Malim basa mendirikan Benteng di kaki bukit Tajadi yang kemudian diberi nama Imam Bonjol. Sejak saat itu ia dikenal dengan nama Tuanku Imam Bonjol. Tuanku Imam Bonjol wafat karena adanya Perang Paderi. Perang Paderi tarjadi karena pada waktu itu di Minangkabau, sedang terjadi pertentangan yang hebat antara kaum Paderi (kaum agama) dengan kaum adat tentang kehidupah bebas para kaum adat seperti berjudi dan mabuk mabukan. Pada awalnya, pertentangan ini hanya melibatkan kaum adat dan kaum paderi saja. Tapi karena kedudukan kaum adat semakin terdesak, Kaum adat lalu meminta bantuan kepada Belanda.
Sejak saat itu pulalah, Belanda ikut campur dalam pertentangan di Minangkabau. Lalu Belanda mulai mendirikan benteng di Batu Sangkar dan di Bukit Tinggi untuk memperkuat kedudukannya. Tuanku Imam Bonjol memliki banyak pengikut yang membuat Belanda kewalahan. Apalagi pada saat yang bersamaan, Belanda juga terdesak dengan Perang Diponegoro sehingga Belanda merasa perlu “berdamai sementara” dengan kaum paderi untuk mengalihkan kekuatan di Pulau Jawa menghadapi Perang Diponegoro.
Setelah berakhirnya perang Diponegoro, Belanda kembali menyerang Markas-markas Tuanku Imam Bonjol. Namun Tuanku Imam Bonjol adalah panglima perang yang handal sehingga membuat Belanda harus mengerahkan bantuan tambahan dan siasat-siasat licik.
Sehingga untuk menangkapTuanku Imam Bonjol, Belanda menggunakan cara-cara kotor dengan cara mengajak berunding di seikitar Bukit Gadang dan Tujuh Lurah. Dan disitu pulalah Tuanku Imam Bonjol ditangkap pada tanggal 25 Oktober 1937.
Tuanku Imam Bonjol lalu ditawan di Bukit Tinggi lalu diasingkan dari Cianjur lalu ke Ambon dan terakhir di Manado. Tuanku Imam Bonjolakhirnya wafat di Manado pada tanggal 8 November 1864.
Pemerintah lalu menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepadanya berdasarkan SK Presiden RI No 087/TK/1973.
Read more...

Sisingamangaraja XII

0 komentar

Nama Pahlawan                        : Sisingamangaraja XII
lahir      : Bakara, Tapanuli, 1849
Wafat    : Simsim,17 Juni 1907
Makam : Pulau Samosir
Nama aslinya Patuan Besar Ompu Pulo Batu. Nama  Sisingamaraja XII baru dipakai pada 1867, setelah ia diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya yang mangkat. Sabng ayah meninggal akibat serangan penyakit kolera.
Febuari 1878, Sisingamaraja mulai melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Kolonial Belanda. Ini dilakukan untuk mempertahankan daerah kekuasaannya di tapanuli yang dicaplok Belanda. Dimulai dari penyerangan terhadap pos-pos Belanda lainnya terus berlangsung di antaranya sebagai berikut:
-          Mei 1883, pos Belanda di Uluan dan Balige diserang oleh pasukan Sisingamaraja.
-          Tahun 1884, pos Belanda  berhasil memperkuat pasukan bdan persenjataannya. Kondisi ini membuat pasukan Raja Batak ini semakin terdesak danb terkepung. Pada pertempuran inilah Sisingamaraja XII gugur tepatnya padab tanggal 17 Juni 1907. Bersama-sama dengan purinya (Lopian) dan dua orang putranya (Patuan Nagari dan Putaun Anggi)
Sisingamaraja kemudian dimakamkan di Balige dan selanjutnya kembali dipindahkan ke pulau Samosir. Sisingamaraja dianugrahi gelar pahlawan kemerdekaan nasional  berdasarkan SK Presiden RI No.590/1991.
Read more...

Teuku Umar

0 komentar

Nama Pahlawan         : Teuku Umar
Lahir                              : 1854 (tanggal dan bulannya tidak tercatat) di Meulaboh, Aceh Barat, Indonesia.
Wafat                             :  Meulaboh, 11 Februari 1899
Perjuangan                 : Ia merupakan salah seorang pahlawan nasional yang pernah memimpin perang gerilya di Aceh sejak tahun 1873 hingga tahun 1899.Pada tahun 1880, Teuku Umar menikahi janda Cut Nyak Dien, puteri pamannya. Sebenarnya Cut Nyak Dien sudah mempunyai suami (Teuku Ibrahim Lamnga) tapi telah meninggal dunia pada Juni 1978 dalam peperangan melawan Belanda di Gle Tarun. Setelah itu, Cut Nyak Dien bertemu dan jatuh cinta dengan Teuku Umar. Keduanya kemudian berjuang bersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda di Krueng. Hasil perkawinan keduanya adalah anak perempuan bernama Cut Gambang yang lahir di tempat pengungsian karena orang tuanya tengah berjuang dalam medan tempur.
Belanda sempat berdamai dengan pasukan Teuku Umar pada tahun 1883. Satu tahun kemudian (tahun 1884) pecah kembali perang di antara keduanya. Pada tahun 1893, Teuku Umar kemudian mencari strategi bagaimana dirinya dapat memperoleh senjata dari pihak musuh (Belanda). Akhirnya, Teuku Umar berpura-pura menjadi antek (kaki tangan) Belanda. Istrinya, Cut Nyak Dien pernah sempat bingung, malu, dan marah atas keputusan suaminya itu.
Gubernur Van Teijn pada saat itu juga bermaksud memanfaatkan Teuku Umar sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh. Teuku Umar kemudian masuk dinas militer. Atas keterlibatan tersebut, pada 1 Januari 1894, Teuku Umar sempat dianugerahi gelar Johan Pahlawan dan diizinkan untuk membentuk legium pasukan sendiri yang berjumlah 250 tentara dengan senjata lengkap.
Saat bergabung dengan Belanda, Teuku Umar sebenarnya pernah menundukkan pos-pos pertahanan Aceh. Peperangan tersebut dilakukan Teuku Umar secara pura-pura. Sebab, sebelumnya Teuku Umar telah memberitahukan terlebih dahulu kepada para pejuang Aceh. Sebagai kompensasi atas keberhasilannya itu, pemintaan Teuku Umar untuk menambah 17 orang panglima dan 120 orang prajurit, termasuk seorang Pangleot sebagai tangan kanannya akhirnya dikabulkan oleh Gubernur Deykerhorf yang menggantikan Gubernur Ban Teijn. Pada tanggal 30 Maret 1896, Teuku Umar kemudian keluar dari dinas militer Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi, dan uang 18.000 dollar.
Dengan kekuatan yang semakin bertambah, Teuku Umar bersama 15 orang berbalik kembali membela rakyat Aceh. Siasat dan strategi perang yang amat lihai tersebut dimaksudkan untuk mengelabuhi kekuatan Belanda pada saat itu yang amat kuat dan sangat sukar ditaklukkan. Pada saat itu, perjuangan Teuku Umar mendapat dukungan dari Teuku Panglima Polem Muhammad Daud yang bersama 400 orang ikut menghadapi serangan Belanda. Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 25 orang tewas dan 190 orang luka-luka di pihak Belanda. Gubernur Deykerhorf merasa tersakiti dengan siasat yang dilakukan Teuku Umar. Van Heutsz diperintahkan agar mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menangkap Teuku Umar. Serangan secara mendadak ke daerah Melaboh menyebabkan Teuku Umar tertembak dan gugur dalam medan perang, yaitu di Kampung Mugo, pedalaman Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899.
Read more...
Rabu, 13 November 2013

Merdeka Dulu Belum Tentu Sekarang

0 komentar

Sabtu cerah, hari yang indah bukan? saya seluruh Indonesia hari ini cerah juga langitnya. Karena hari ini tanggal 17 Agustus adalah hari Kemerdekaan Indonesia. Mengingat flashback sejarah begitu beratnya perjalanan Indonesia dalam meraih kemerdekaannya setelah jatuh bangun di jajah bangsa asing. Tapi benarkah hari ini sebagai anak cucu dan cicit para pejuang 45 memang sudah benar-benar merasa merdeka? Hmm…saya agak ragu tanda kutip untuk mengiyakan apakah bangsa Indonesia hari ini memang benar-benar sudah merasakan merdeka atau masih belum sepenuhnya merdeka? Karena saya sudah terlanjur “Jokowi-Ahok image” spontan tersirat hanya beliau yang saat ini visi dan misinya paling dekat dengan harapan Indonesia baru. Jika suatu hari nanti beliau jadi presiden dan wakil presiden pasti perayaan hari Kemerdekaan 17 Agustus ini akan terasa lebih nikmat luar biasa.
Tapi disini saya tidak bermaksud untuk membicarakan Jokowi – Ahok. Hari ini saya memang ingin ingin curhat menulis tentang hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus versi saya. Dahulu menurut sejarah selama kurang lebih 350 tahun lamanya bangsa Indonesia dijajah Belanda dan sisanya dijajah Jepang selama kurang kebih 3,5  tahun lamanya. Sisa-sisa ingatan tentang pelajaran sejarah jaman SD masih ada. Terutama ketika saya masih kecil dimana pada masa pemerintahan presiden Soeharto setiap tanggal 17 Agustus rakyat Indonesia selalu dirayakan dengan meriah dan malam harinya TVRI menyajikan film-film bertema perjuangan kemerdekaan. Film-film itu berhasil menanamkan pesan bahwa penjajahan yang dilakukan bangsa-bangsa asing di Indonesia sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Sorak sorai dukungan dan kegembiraan saat para pejuang berhasil mengalahkan penjajah dalam film seolah-olah seperti keadaan yang terlihat nyata dan seperti dialami langsung oleh bocah-bocah yang menonton film perjuangan kemerdekaan tersebut. Saya masih ingat beberapa judul film perjuangan yang sering diputar saat di TVRI pada tahun 80an sampai awal 90an, film Janur Kuning, Si Pitung, Jaka Sembung, Cut Nyak Dien dan Naga Bonar. Dipagi hari sampai sore setiap kampung merayakan tujuh belas Agustusan dengan mengadakan berbagai lomba yang diakhiri dengan acara malam kesenian. Ada pertunjukkan drama, tari-tarian, pembacaan puisi dan pembagian hadiah pemenang lomba.
Untuk propaganda perayaan kemenangan perjuangan kemerdekaan Indonesia dahulu saya akui sangat berhasil sekali. Sebagai bocah cilik saya merasa waktu itu sifat nasionalisme dalam diri saya sebagai anak Indonesia sangat tinggi sekali. Saya sangat membenci dengan segala hal yang berhubungan dengan penjajahan dan pengkhianatan bangsa. Dulu sewaktu kecil saya berpikir pasti akan menderita sekali rakyat Indonesia jika Belanda atau Jepang masih menjajah Indonesia. Tapi ngomong-ngomong apa sekarang ini bangsa Indonesia benar-benar sudah merasakan merdeka. Apakah sekarang saya pribadi sudah benar-benar merasakan manisnya kemerdekaan? Bagaimana jika hari kemerdekaan itu diam-diam tinggal simbol belaka yang wajib dirayakan?
Membaca sejarah dan berusaha membayangkan betapa menderitanya rakyat Indonesia saat masih dalam belenggu penindasan pejanjahan bangsa asing saya sangat kagum dan berterima kasih sekali kepada jasa para pahlawan perjuangan yang berhasil membawa Indonesia merdeka. Namun melihat Indonesia hari ini makna hari Kemerdekaan 17 Agustus masih rancu jika makna kemedekaan disepadankan dengan situasi, kondisi dan kenyataan Indonesia hari ini. Apakah hari Kemerdekaan 17 Agustus itu up to date maknanya bagi rakyat Indonesia modern dewasa ini? Jika ruh semangat hari Kemerdekaan itu telah berubah menjadi simbol belaka yang tertera sebagai hari libur seperti tanggal merah lainnya di kalender maka setelah melalui upacara bendera yang sakral, keesokkan harinya ruh semangat kemerdekaan 45 telah luntur kembali dilindas sinisme kenyataan.
Akan terdengar klise. Tapi kenyataannya masih banyak menumpuk pengangguran di Indonesia, masih banyak orang miskin kelaparan dimana-mana, masih banyak pengemis menyebar di setiap persimpangan lampu merah, bahaya narkoba masih mengancam beresiko “meng-cut one generation” melenyapkan potensi pemuda penerus bangsa. Pejabat dan pemimpin pilihan rakyat justru terkenal yang paling rakus korupsi uang rakyat. Masih terjadi teror dimana-mana, baik teror dari teroris, preman juga teror arogansi aparat. Seragam penegak hukum yang seharusnya membuat aman dan nyaman malah kini terkesan seram dan menakutkan dimata masyarakat. Apakah mereka bangga jika ditakuti masyarakat? Masyarakat sekarang malah berprinsip selagi suatu masalah bisa diurus damai sendiri maka tidak perlu lapor polisi. Tekor nanti!
Belum lagi carut marut birokrasi dari level terkecil di kelurahan sampai tingkat pemerintahan tertinggi. Mulai dari mengurus sebuah kartu tanda penduduk yang harus berbelit-belit dan melalui proses yang panjang sampai ada yang memakan lebih dari 2 tahun untuk sebuah e-KTP. Sampai urusan KK, Akte Kelahiran dan ijin usaha kecil-pun harus ada duit baru ada pelayanan. Kadang data pengurusan persyaratan KK atau KTP warga hilang atau tercecer entah dimana-lah. Atau modusnya dilayani di awal dahulu, setelah selesai baru diam-diam petugas kelurahan berbisik, “Biaya pengurusan-nya RP 20.000,- rupiah saja pak!”. Owalah…apakah negeri ini memang terlihat seperti ladang proyek yang sangat menjanjikan? Sehingga sekecil apa-pun kesempatan bisa dijadikan peluang bisnis?
Semua kenyataan klise ini tak jauh beda dengan situasi rakyat Indonesia ketika berada dibawah penjajahan bangsa asing. Kemiskinan, kelaparan, penindasan, diskriminasi, arogansi aparat, penghianatan dan tema berbau Kolusi-Korupsi-Nepotisme juga sudah lama ada dan tumbuh subur sejak jaman penjajahan dahulu. Dan di masa Indonesia modern  saat ini keadilan dan kesejahteraan-pun terasa seperti barang langka yang sulit untuk didapatkan. Jika semua pernyataan klise carut marut bangsa hari ini adalah oleh-oleh yang dibawa dari hasil perenungan makna hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus, betapa menyedihkan, saya belum sepenuhnya merasa merdeka. Ketika segelintir orang menyatakan bahwa hidupnya sudah merdeka dan sejahtera, saya yakin pastilah keadilan dan kesejahteraan itu milik orang-orang kaya dan orang-orang yang berkuasa.
Selamat Hari Merdeka!
Read more...

Renungan Menyambut HUT Kemerdekaan RI

0 komentar
Bangsa Indonesia telah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dan sampai sekarang telah merdeka selama 68 tahun. Apakah saat ini kita sudah benar-benar merdeka? Tentu saja satu dengan yang lain akan menjawab hal yang berbeda tentang merdeka itu, tergantung pada apa yang masing-masing rasakan. Ada beberapa definisi tentang merdeka, antara lain dapat diartikan bebas, dapat juga diartikan tidak terikat atau tidak bergantung kepada orang/pihak tertentu. Sedangkan kemerdekaan dapat diartikan sebagai suatu keadaan sehingga seseorang atau sekelompok orang dapat merdeka.
Apabila kita telusuri perjalanan kehidupan bangsa Indonesia sejak tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang, sudah banyak sekali yang terjadi terhadap bangsa ini. Pada awalnya pada tahun 1945 bangsa Indonesia dibawah pemerintah Presiden Soekarno benar-benar dapat merasakan merdeka dari penjajahan. Setelah merdeka dari penjajahan itu terdapat permasalahan lain yang dihadapi bangsa ini, banyak sekali kesulitan yang dihadapi bangsa Indonesia, mulai dari belum diterimanya kemerdekaan bangsa Indonesia oleh bangsa lain, masih belum tertatanya administrasi pemerintahan, adanya kesulitan pangan dan kebutuhan pokok, dan permasalahan-permasalahan yang lainnya.
Puncak kesulitan bangsa Indonesia pada jaman pemerintahan Soekarno yang dikenal dengan masa Orde Lama terjadi pada tahun 1965. Pada waktu itu bangsa Indonesia mengalami kesulitan akan pangan dan kebutuhan pokok, bangsa Indonesia benar-benar belum merdeka akan pangan, harga-harga pangan dan kebutuhan pokok sehari-hari mahal karena ketersediaannya tidak ada. Sejak saat itu, pada masa Orde Baru bangsa Indonesia dibawah pemerintahan Presiden Soeharto mencanangkan harus terbebas dari kekurangan pangan dan kebutuhan pokok, bangsa Indonesia harus merdeka dari kebutuhan pangan, bangsa Indonesia menuju pada swasembada pangan. Pada masa Orde Baru dibawah pemerintahan Presiden Soeharto tahun 1965-1998 bangsa Indonesia bisa benar-benar mengalami kemerdekaan dari kebutuhan pangan dan kebutuhan pokok sehari-hari, kebutuhan pangan dapat tersedia dengan cukup dan harganya dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dengan tercukupinya kebutuhan pangan dan kebutuhan pokok sehari-hari, ada sisi lain yang menjadi tuntutan kebutuhan bangsa ini yang belum tercukupi, yaitu kebutuhan akan kebebasan berpendapat, kebebasan untuk bersuara. Banyak masyarakat yang mempunyai pendapat tetapi tidak mendapatkan tanggapan oleh pemerintah pada masa itu, bahkan masyarakat yang berpendapat tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah pada masa itu ada yang dipenjara. Pada masa Orde Baru masih belum merdeka dalam kebebasan berpendapat. Puncak dari ketidakmerdekaan itu terjadi pada tahun 1998. Selanjutnya bangsa Indonesia yang dimotori oleh beberapa anak bangsa seperti Megawati, Amin Rais, Gusdur, dan Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatukan tekad untuk mewujudkan Indonesia dengan tatanan yang baru, bangsa Indonesia memasuki masa Reformasi.
Masa Reformasi dibawah pemerintahan Presiden Gusdur dan Megawati, bangsa Indonesia merasakan adanya kemerdekaan dari kebebasan berpendapat, kebebasan bersuara. Bangsa yang telah merdeka dari kebebasan berpendapat dan bersuara, ternyata juga masih mengalami banyak kesulitan/masalah, muncul sebagian masyarakat yang tidak lagi percaya kepada penyelenggaraan pemerintahan, harga-harga pangan kebutuhan pokok sedikit demi sedikit merangkak naik, masyarakat miskin jumlahnya semakin meningkat, bangsa lain mulai meremehkan bangsa Indonesia, dan permasalahan-permasalahan lainnya yang masih banyak lagi. Pada masa Reformasi ini, masa bangsa Indonesia dengan tatanan yang baru, bangsa ini masih juga belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya.
Selanjutnya bangsa Indonesia dibawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sampai sekarang ini, bangsa Indonesia masih banyak mengalami kesulitan-kesulitan yang semakin kompleks. Dengan semangat gotong royong bangsa Indonesia secara bersama-sama bertekad mengatasi kesulitan-kesulitan ini untuk menuju masyarakat yang aman, adil, dan makmur. Bangsa ini mengharapkan menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, merdeka dari penjajahan bangsa lain, merdeka dari ketersediaan pangan dan kebutuhan pokok sehari-hari, merdeka dari kebebasan berpendapat, dan lain sebagainya. Apa yang harus dilakukan agar bangsa ini benar-benar menjadi bangsa yang merdeka? Tentunya bangsa ini harus mengurai permasalahan-permasalahan yang ada, dan diselesaikan pokok permasalahannya, jangan sampai yang diselesaikan hanyalah permasalahan-permasalahan ikutan saja. Dari sekian banyak permasalahan yang ada, bahwa salah satu pokok permasalahannya adalah "ketidakjujuran". Sebagian masyarakat tidak lagi percaya kepada pemerintah karena ada ketidakjujuran di dalam penyelenggaraan pemerintahan, harga-harga naik karena ada ketidakjujuran pada pengambilan keuntungan yang tidak wajar di sektor produksi dan distribusi, kemiskinan meningkat karena ada ketidakjujuran pada proses pendataan dan obyek yang didata (sebenarnya tidak miskin tetapi mengaku miskin), dan lain sebagainya. Oleh karena itu marilah kita mulai dari diri kita masing-masing yang merupakan bagian dari bangsa Indonesia untuk berbuat yang jujur, pasti kita semua akan merasakan benar-benar merdeka.
Read more...

Darimana Asal-usul Nama Indonesia?

0 komentar

JadiBerita: Momen kemerdekaan telah tiba. Tidak terasa sudah 67 tahun Indonesia merdeka dan kini kita bisa hidup nyaman dari hasil perjuangan para pahlawan yang ketika itu berperang melawan penjajah.  Kita semua telah mengetahui bagaimana perjuangan beberapa pahlawan dalam melawan penjajah baik dari pelajaran sekolah maupun cerita sesepuh.
Namun tahukah Anda bagaimana sejarahnya tanah air kita sampai disebut Indonesia? Begini ceritanya…
Zaman sahulu, terdapat sebuah kepulauan diantara Indocina dan Australia. Beberapa penjelajah menyebut daerah tersebut dengan berbagai nama. Orang India menyebutnya Dwipantara (“Kepulauan Tanah Seberang”), nama ini  berasal dari kata dalam bahasa Sanskerta,  dwipa artinya pulau dan antara memiliki makna luar atau seberang. Sementara penjelajah Tionghoa menyebut kepulauan ini dengan nama Nan-Hai yang berarti kepulauan Laut Selatan. Barulah kemudian pada zaman penjejalah Eropa, kepulauan ini disebut Nederlandsch-Indie yang berarti Hindia Belanda. Nama ini digunakan untuk suatu wilayah yang berada dalam kependudukan Belanda secara politis.
James Logan, Pencetus Nama Indonesia
Pada Tahun 1874,  terbit sebuah jurnal bernama Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia di Singapura. Jurnal tersebut dikelola oleh Warga Negara Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh bernama James Richardson Logan (1819-1869). Dalam edisi ke IV  jurnal tersebut, Logan menyebutkan bahwa sudah waktunya tanah air kita memiliki nama sendiri. Jika disebut sebagai Melayunesia, Logan mengatakan kurang cocok sementarajika menggunakan istilah Indian Archipelago menurutnya akan membingungkan dan terlalu panjang. Akhirnya dipilihlah sebuah nama yang berasal dari kata Indunesia yang pernah ditulis oleh orang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl. Logan membuang huruf U dan menggantinya dengan O dan saat itu lahirlah nama Indonesia.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel (“Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu”). Buku Bastian inilah yang mempopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia”  ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun 1918. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah “Indonesia”  dari tulisan-tulisan Logan.
Tanah Air Indonesia
Pada zaman penjajahan Belanda, Bung Hatta menegaskan bahwa ketika Indonesia merdeka nanti mereka tidak akan memakai nama Hindia-Belanda yang merupakan julukan Belanda untuk Indonesia. Maka dari itu Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia-Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesia diresmikan sebagai pengganti nama Nederlandsch-Indie (Hindia-Belanda). Permohonan ini kemudian ditolak, namun kemudian nama Indonesia akhirnya resmi kita pakai saat Belanda menyerah dari Jepang dan kemudian pada 17 Agustus 1945 nama tersebut dideklarasikan dalam proklamasi kemerdekaan yang dibaca oleh Bung Karno.(Vivanews/rei)
Read more...

Tentang Indonesia

0 komentar
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau Nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi sebesar 237 juta jiwa pada tahun 2010,Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung.
Ibu kota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.
Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu bernama Hindia-Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah suku terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh penduduk Indonesia. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.
Indonesia juga anggota dari PBB dan satu-satunya anggota yang pernah keluar dari PBB, yaitu pada tanggal 7 Januari 1965, dan bergabung kembali pada tanggal 28 September 1966 dan Indonesia tetap dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak bergabungnya Indonesia pada tanggal 28 September 1950. Selain PBB, Indonesia juga merupakan anggota dari ASEAN, APEC, OKI, G-20 dan akan menjadi anggota dari OECD.
Read more...

ARCENAL

ARCENAL
 
Indonesia Tanah Airku © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here