Rabu, 13 November 2013

Merdeka Dulu Belum Tentu Sekarang

0 komentar

Sabtu cerah, hari yang indah bukan? saya seluruh Indonesia hari ini cerah juga langitnya. Karena hari ini tanggal 17 Agustus adalah hari Kemerdekaan Indonesia. Mengingat flashback sejarah begitu beratnya perjalanan Indonesia dalam meraih kemerdekaannya setelah jatuh bangun di jajah bangsa asing. Tapi benarkah hari ini sebagai anak cucu dan cicit para pejuang 45 memang sudah benar-benar merasa merdeka? Hmm…saya agak ragu tanda kutip untuk mengiyakan apakah bangsa Indonesia hari ini memang benar-benar sudah merasakan merdeka atau masih belum sepenuhnya merdeka? Karena saya sudah terlanjur “Jokowi-Ahok image” spontan tersirat hanya beliau yang saat ini visi dan misinya paling dekat dengan harapan Indonesia baru. Jika suatu hari nanti beliau jadi presiden dan wakil presiden pasti perayaan hari Kemerdekaan 17 Agustus ini akan terasa lebih nikmat luar biasa.
Tapi disini saya tidak bermaksud untuk membicarakan Jokowi – Ahok. Hari ini saya memang ingin ingin curhat menulis tentang hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus versi saya. Dahulu menurut sejarah selama kurang lebih 350 tahun lamanya bangsa Indonesia dijajah Belanda dan sisanya dijajah Jepang selama kurang kebih 3,5  tahun lamanya. Sisa-sisa ingatan tentang pelajaran sejarah jaman SD masih ada. Terutama ketika saya masih kecil dimana pada masa pemerintahan presiden Soeharto setiap tanggal 17 Agustus rakyat Indonesia selalu dirayakan dengan meriah dan malam harinya TVRI menyajikan film-film bertema perjuangan kemerdekaan. Film-film itu berhasil menanamkan pesan bahwa penjajahan yang dilakukan bangsa-bangsa asing di Indonesia sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan.
Sorak sorai dukungan dan kegembiraan saat para pejuang berhasil mengalahkan penjajah dalam film seolah-olah seperti keadaan yang terlihat nyata dan seperti dialami langsung oleh bocah-bocah yang menonton film perjuangan kemerdekaan tersebut. Saya masih ingat beberapa judul film perjuangan yang sering diputar saat di TVRI pada tahun 80an sampai awal 90an, film Janur Kuning, Si Pitung, Jaka Sembung, Cut Nyak Dien dan Naga Bonar. Dipagi hari sampai sore setiap kampung merayakan tujuh belas Agustusan dengan mengadakan berbagai lomba yang diakhiri dengan acara malam kesenian. Ada pertunjukkan drama, tari-tarian, pembacaan puisi dan pembagian hadiah pemenang lomba.
Untuk propaganda perayaan kemenangan perjuangan kemerdekaan Indonesia dahulu saya akui sangat berhasil sekali. Sebagai bocah cilik saya merasa waktu itu sifat nasionalisme dalam diri saya sebagai anak Indonesia sangat tinggi sekali. Saya sangat membenci dengan segala hal yang berhubungan dengan penjajahan dan pengkhianatan bangsa. Dulu sewaktu kecil saya berpikir pasti akan menderita sekali rakyat Indonesia jika Belanda atau Jepang masih menjajah Indonesia. Tapi ngomong-ngomong apa sekarang ini bangsa Indonesia benar-benar sudah merasakan merdeka. Apakah sekarang saya pribadi sudah benar-benar merasakan manisnya kemerdekaan? Bagaimana jika hari kemerdekaan itu diam-diam tinggal simbol belaka yang wajib dirayakan?
Membaca sejarah dan berusaha membayangkan betapa menderitanya rakyat Indonesia saat masih dalam belenggu penindasan pejanjahan bangsa asing saya sangat kagum dan berterima kasih sekali kepada jasa para pahlawan perjuangan yang berhasil membawa Indonesia merdeka. Namun melihat Indonesia hari ini makna hari Kemerdekaan 17 Agustus masih rancu jika makna kemedekaan disepadankan dengan situasi, kondisi dan kenyataan Indonesia hari ini. Apakah hari Kemerdekaan 17 Agustus itu up to date maknanya bagi rakyat Indonesia modern dewasa ini? Jika ruh semangat hari Kemerdekaan itu telah berubah menjadi simbol belaka yang tertera sebagai hari libur seperti tanggal merah lainnya di kalender maka setelah melalui upacara bendera yang sakral, keesokkan harinya ruh semangat kemerdekaan 45 telah luntur kembali dilindas sinisme kenyataan.
Akan terdengar klise. Tapi kenyataannya masih banyak menumpuk pengangguran di Indonesia, masih banyak orang miskin kelaparan dimana-mana, masih banyak pengemis menyebar di setiap persimpangan lampu merah, bahaya narkoba masih mengancam beresiko “meng-cut one generation” melenyapkan potensi pemuda penerus bangsa. Pejabat dan pemimpin pilihan rakyat justru terkenal yang paling rakus korupsi uang rakyat. Masih terjadi teror dimana-mana, baik teror dari teroris, preman juga teror arogansi aparat. Seragam penegak hukum yang seharusnya membuat aman dan nyaman malah kini terkesan seram dan menakutkan dimata masyarakat. Apakah mereka bangga jika ditakuti masyarakat? Masyarakat sekarang malah berprinsip selagi suatu masalah bisa diurus damai sendiri maka tidak perlu lapor polisi. Tekor nanti!
Belum lagi carut marut birokrasi dari level terkecil di kelurahan sampai tingkat pemerintahan tertinggi. Mulai dari mengurus sebuah kartu tanda penduduk yang harus berbelit-belit dan melalui proses yang panjang sampai ada yang memakan lebih dari 2 tahun untuk sebuah e-KTP. Sampai urusan KK, Akte Kelahiran dan ijin usaha kecil-pun harus ada duit baru ada pelayanan. Kadang data pengurusan persyaratan KK atau KTP warga hilang atau tercecer entah dimana-lah. Atau modusnya dilayani di awal dahulu, setelah selesai baru diam-diam petugas kelurahan berbisik, “Biaya pengurusan-nya RP 20.000,- rupiah saja pak!”. Owalah…apakah negeri ini memang terlihat seperti ladang proyek yang sangat menjanjikan? Sehingga sekecil apa-pun kesempatan bisa dijadikan peluang bisnis?
Semua kenyataan klise ini tak jauh beda dengan situasi rakyat Indonesia ketika berada dibawah penjajahan bangsa asing. Kemiskinan, kelaparan, penindasan, diskriminasi, arogansi aparat, penghianatan dan tema berbau Kolusi-Korupsi-Nepotisme juga sudah lama ada dan tumbuh subur sejak jaman penjajahan dahulu. Dan di masa Indonesia modern  saat ini keadilan dan kesejahteraan-pun terasa seperti barang langka yang sulit untuk didapatkan. Jika semua pernyataan klise carut marut bangsa hari ini adalah oleh-oleh yang dibawa dari hasil perenungan makna hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus, betapa menyedihkan, saya belum sepenuhnya merasa merdeka. Ketika segelintir orang menyatakan bahwa hidupnya sudah merdeka dan sejahtera, saya yakin pastilah keadilan dan kesejahteraan itu milik orang-orang kaya dan orang-orang yang berkuasa.
Selamat Hari Merdeka!
Read more...

Renungan Menyambut HUT Kemerdekaan RI

0 komentar
Bangsa Indonesia telah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dan sampai sekarang telah merdeka selama 68 tahun. Apakah saat ini kita sudah benar-benar merdeka? Tentu saja satu dengan yang lain akan menjawab hal yang berbeda tentang merdeka itu, tergantung pada apa yang masing-masing rasakan. Ada beberapa definisi tentang merdeka, antara lain dapat diartikan bebas, dapat juga diartikan tidak terikat atau tidak bergantung kepada orang/pihak tertentu. Sedangkan kemerdekaan dapat diartikan sebagai suatu keadaan sehingga seseorang atau sekelompok orang dapat merdeka.
Apabila kita telusuri perjalanan kehidupan bangsa Indonesia sejak tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang, sudah banyak sekali yang terjadi terhadap bangsa ini. Pada awalnya pada tahun 1945 bangsa Indonesia dibawah pemerintah Presiden Soekarno benar-benar dapat merasakan merdeka dari penjajahan. Setelah merdeka dari penjajahan itu terdapat permasalahan lain yang dihadapi bangsa ini, banyak sekali kesulitan yang dihadapi bangsa Indonesia, mulai dari belum diterimanya kemerdekaan bangsa Indonesia oleh bangsa lain, masih belum tertatanya administrasi pemerintahan, adanya kesulitan pangan dan kebutuhan pokok, dan permasalahan-permasalahan yang lainnya.
Puncak kesulitan bangsa Indonesia pada jaman pemerintahan Soekarno yang dikenal dengan masa Orde Lama terjadi pada tahun 1965. Pada waktu itu bangsa Indonesia mengalami kesulitan akan pangan dan kebutuhan pokok, bangsa Indonesia benar-benar belum merdeka akan pangan, harga-harga pangan dan kebutuhan pokok sehari-hari mahal karena ketersediaannya tidak ada. Sejak saat itu, pada masa Orde Baru bangsa Indonesia dibawah pemerintahan Presiden Soeharto mencanangkan harus terbebas dari kekurangan pangan dan kebutuhan pokok, bangsa Indonesia harus merdeka dari kebutuhan pangan, bangsa Indonesia menuju pada swasembada pangan. Pada masa Orde Baru dibawah pemerintahan Presiden Soeharto tahun 1965-1998 bangsa Indonesia bisa benar-benar mengalami kemerdekaan dari kebutuhan pangan dan kebutuhan pokok sehari-hari, kebutuhan pangan dapat tersedia dengan cukup dan harganya dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dengan tercukupinya kebutuhan pangan dan kebutuhan pokok sehari-hari, ada sisi lain yang menjadi tuntutan kebutuhan bangsa ini yang belum tercukupi, yaitu kebutuhan akan kebebasan berpendapat, kebebasan untuk bersuara. Banyak masyarakat yang mempunyai pendapat tetapi tidak mendapatkan tanggapan oleh pemerintah pada masa itu, bahkan masyarakat yang berpendapat tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah pada masa itu ada yang dipenjara. Pada masa Orde Baru masih belum merdeka dalam kebebasan berpendapat. Puncak dari ketidakmerdekaan itu terjadi pada tahun 1998. Selanjutnya bangsa Indonesia yang dimotori oleh beberapa anak bangsa seperti Megawati, Amin Rais, Gusdur, dan Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatukan tekad untuk mewujudkan Indonesia dengan tatanan yang baru, bangsa Indonesia memasuki masa Reformasi.
Masa Reformasi dibawah pemerintahan Presiden Gusdur dan Megawati, bangsa Indonesia merasakan adanya kemerdekaan dari kebebasan berpendapat, kebebasan bersuara. Bangsa yang telah merdeka dari kebebasan berpendapat dan bersuara, ternyata juga masih mengalami banyak kesulitan/masalah, muncul sebagian masyarakat yang tidak lagi percaya kepada penyelenggaraan pemerintahan, harga-harga pangan kebutuhan pokok sedikit demi sedikit merangkak naik, masyarakat miskin jumlahnya semakin meningkat, bangsa lain mulai meremehkan bangsa Indonesia, dan permasalahan-permasalahan lainnya yang masih banyak lagi. Pada masa Reformasi ini, masa bangsa Indonesia dengan tatanan yang baru, bangsa ini masih juga belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya.
Selanjutnya bangsa Indonesia dibawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sampai sekarang ini, bangsa Indonesia masih banyak mengalami kesulitan-kesulitan yang semakin kompleks. Dengan semangat gotong royong bangsa Indonesia secara bersama-sama bertekad mengatasi kesulitan-kesulitan ini untuk menuju masyarakat yang aman, adil, dan makmur. Bangsa ini mengharapkan menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, merdeka dari penjajahan bangsa lain, merdeka dari ketersediaan pangan dan kebutuhan pokok sehari-hari, merdeka dari kebebasan berpendapat, dan lain sebagainya. Apa yang harus dilakukan agar bangsa ini benar-benar menjadi bangsa yang merdeka? Tentunya bangsa ini harus mengurai permasalahan-permasalahan yang ada, dan diselesaikan pokok permasalahannya, jangan sampai yang diselesaikan hanyalah permasalahan-permasalahan ikutan saja. Dari sekian banyak permasalahan yang ada, bahwa salah satu pokok permasalahannya adalah "ketidakjujuran". Sebagian masyarakat tidak lagi percaya kepada pemerintah karena ada ketidakjujuran di dalam penyelenggaraan pemerintahan, harga-harga naik karena ada ketidakjujuran pada pengambilan keuntungan yang tidak wajar di sektor produksi dan distribusi, kemiskinan meningkat karena ada ketidakjujuran pada proses pendataan dan obyek yang didata (sebenarnya tidak miskin tetapi mengaku miskin), dan lain sebagainya. Oleh karena itu marilah kita mulai dari diri kita masing-masing yang merupakan bagian dari bangsa Indonesia untuk berbuat yang jujur, pasti kita semua akan merasakan benar-benar merdeka.
Read more...

Darimana Asal-usul Nama Indonesia?

0 komentar

JadiBerita: Momen kemerdekaan telah tiba. Tidak terasa sudah 67 tahun Indonesia merdeka dan kini kita bisa hidup nyaman dari hasil perjuangan para pahlawan yang ketika itu berperang melawan penjajah.  Kita semua telah mengetahui bagaimana perjuangan beberapa pahlawan dalam melawan penjajah baik dari pelajaran sekolah maupun cerita sesepuh.
Namun tahukah Anda bagaimana sejarahnya tanah air kita sampai disebut Indonesia? Begini ceritanya…
Zaman sahulu, terdapat sebuah kepulauan diantara Indocina dan Australia. Beberapa penjelajah menyebut daerah tersebut dengan berbagai nama. Orang India menyebutnya Dwipantara (“Kepulauan Tanah Seberang”), nama ini  berasal dari kata dalam bahasa Sanskerta,  dwipa artinya pulau dan antara memiliki makna luar atau seberang. Sementara penjelajah Tionghoa menyebut kepulauan ini dengan nama Nan-Hai yang berarti kepulauan Laut Selatan. Barulah kemudian pada zaman penjejalah Eropa, kepulauan ini disebut Nederlandsch-Indie yang berarti Hindia Belanda. Nama ini digunakan untuk suatu wilayah yang berada dalam kependudukan Belanda secara politis.
James Logan, Pencetus Nama Indonesia
Pada Tahun 1874,  terbit sebuah jurnal bernama Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia di Singapura. Jurnal tersebut dikelola oleh Warga Negara Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh bernama James Richardson Logan (1819-1869). Dalam edisi ke IV  jurnal tersebut, Logan menyebutkan bahwa sudah waktunya tanah air kita memiliki nama sendiri. Jika disebut sebagai Melayunesia, Logan mengatakan kurang cocok sementarajika menggunakan istilah Indian Archipelago menurutnya akan membingungkan dan terlalu panjang. Akhirnya dipilihlah sebuah nama yang berasal dari kata Indunesia yang pernah ditulis oleh orang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl. Logan membuang huruf U dan menggantinya dengan O dan saat itu lahirlah nama Indonesia.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel (“Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu”). Buku Bastian inilah yang mempopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia”  ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-IndiĆ« tahun 1918. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah “Indonesia”  dari tulisan-tulisan Logan.
Tanah Air Indonesia
Pada zaman penjajahan Belanda, Bung Hatta menegaskan bahwa ketika Indonesia merdeka nanti mereka tidak akan memakai nama Hindia-Belanda yang merupakan julukan Belanda untuk Indonesia. Maka dari itu Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia-Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesia diresmikan sebagai pengganti nama Nederlandsch-Indie (Hindia-Belanda). Permohonan ini kemudian ditolak, namun kemudian nama Indonesia akhirnya resmi kita pakai saat Belanda menyerah dari Jepang dan kemudian pada 17 Agustus 1945 nama tersebut dideklarasikan dalam proklamasi kemerdekaan yang dibaca oleh Bung Karno.(Vivanews/rei)
Read more...

Tentang Indonesia

0 komentar
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau Nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi sebesar 237 juta jiwa pada tahun 2010,Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung.
Ibu kota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.
Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu bernama Hindia-Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah suku terbesar dengan populasi mencapai 41,7% dari seluruh penduduk Indonesia. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.
Indonesia juga anggota dari PBB dan satu-satunya anggota yang pernah keluar dari PBB, yaitu pada tanggal 7 Januari 1965, dan bergabung kembali pada tanggal 28 September 1966 dan Indonesia tetap dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak bergabungnya Indonesia pada tanggal 28 September 1950. Selain PBB, Indonesia juga merupakan anggota dari ASEAN, APEC, OKI, G-20 dan akan menjadi anggota dari OECD.
Read more...

ARCENAL

ARCENAL
 
Indonesia Tanah Airku © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here